Jumat, 19 November 2010

pertemuan 1Kisah Klasik qu

Seorang pria yang sedang berlari menghampiri sebuah bus yang melaju terengah-engah berlari sambil berteriak”berhenti” tanpa ia sadari dia sudah menabrak seorag gadis berambut coklat yang sedang berdiri kaget melihat tubuhnya seperti disambar petir. Hamtaman itu sangat kuat sehingga membuat gadis mungil itu langsung terjatuh ketanah. Pria itu lalu menghapiri gadis yang sedang merintih kesakitan karena tangannya terluka akibat terkena aspal jalanan. “maaf saya benar-benar tidak tau dan tidak sengaja menjathkan anda. Mari saya antar anda ke rumah sakit terdekat? Sekali lagy saya minta maaf.” Kata pria itu sambil membantu sang gadis berdiri.
Gadis itu hanya mengerenyitkan dahinya sejenak “kamu vino ?” sekali lagy gadis itu bertanya kepada pria yang saat ini ada dihadapannya itu “apa benar kamu Vino?!” pria itu mencoba berfikir kapan dia penah bertemu dengan gadis tersebut, sampa-sampai gadi tersebu mengingat dia dengan jelas sedangkan dia tidak mengingat apakah gadis tersebut pernah menjadi bagian kisah masa lalunya? “Heloo Vino! Apakah kau tak mengenali sedikitpun aku?” pria itu tersadar dari hayalannya dan Ia hanya menggeleng pelan. “baiklah mungkin kau tidak mengenal aku, tapi aku ingat betul terakhir kita bertemu di Pesta Natal Remaja. Yach memang itu sudah berlalu 7tahun lamanya.” Pria itu mendekati gadi itu sambil berbisik pelan “maaf aku tak ingat sama sekali tentang dirimu. Jadi apakah kau ingin memperbaiki luka mu di rumah sakit?” Tanya pria itu sambil mengulas seyum indah dipipinya. Gadis itu begitu sedih melihat sahabat lamanya tak mengingat Ia sama sekali.”baiklah kalau kau tak mengingat aku. Aku bisa sendiri merawat luka ku ini jadi tak prlu harus dibawa kerumah sakit.Okey” gadis itu lalu mengambil tasnya yang masih tergeletak ditanah dan berlalu meninggalkan Pria yang dulu pernah menajdi bagian penting dalam hatinya. “hei nona siapa nama mu?!” teriak pria itu bertanya dengan kencang tapi gadis itu hanya berlalu begitu saja.
***

Rabu, 03 November 2010

think like a champion!

Roma 8:37
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."

Hari ini saya melihat sebuah buku karya Donald Trump berjudul "Think Like a Champion." Saya tidak sempat membuka-buka halaman di dalamnya, tetapi saya percaya Trump berusaha mengajak kita untuk mengubah paradigma berpikir kita agar bisa mencapai sukses. Saya setuju dengan Trump. Betapa seringnya kita gagal justru sejak awal. Belum apa-apa kita sudah yakin kalah. Bagaimana mungkin kita berani melakukan sesuatu jika paradigma berpikir kita sudah seperti orang yang kalah? Untuk memiliki mental pemenang kita harus memulainya dari cara berpikir seperti layaknya seorang pemenang pula. Jika tidak, maka kita tidak akan pernah bisa memulai apapun.

Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana mereka bisa berpikir seperti seorang pemenang atau juara jika saya ini tidak ada apa-apanya? Jika sarjana bahkan yang S2 sekalipun masih banyak yang menganggur, apalagi saya yang hanya lulusan SMA? Ada banyak orang yang terjebak pada pola pemikiran seperti ini. Mereka hanya fokus kepada kekurangan mereka dan melupakan bahwa Tuhan telah menciptakan kita masing-masing dengan talenta dan keistimewaan tersendiri. Sudahkah kita sadar bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai melakukan sesuatu dan menuai sukses seperti yang direncanakan Allah sejak semula? Mungkin kita hanya tamat SMA, tetapi bukankah kita memiliki anggota tubuh yang berfungsi baik? Jika ada anggota tubuh kita yang ternyata cacat atau kurang sempurna, bukankah masih ada anggota-anggota tubuh lainnya yang kondisinya baik? Sudah terlalu banyak orang yang gagal mencapai impian mereka justru karena mereka memandang diri mereka sendiri jauh lebih rendah dari pandangan Tuhan yang sebenarnya tentang diri mereka. Kita selalu memfokuskan diri kepada kekurangan kita dan mengabaikan apa yang menjadi kelebihan atau keistimewaan kita.

Apa sebenarnya yang direncanakan Tuhan atas kita? Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi pecundang, orang-orang yang gagal. Tuhan tidak pernah merencanakan kita untuk memiliki mental yang mudah menyerah dan hidup tanpa semangat. Apa yang dicanangkan Tuhan justru sebaliknya. Alkitab menyebutkan begini "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Perhatikanlah bahwa kita seharusnya sadar bahwa kita bukan cuma sekedar pemenang, tetapi dikatakan lebih dari pemenang! Dalam bahasa Inggrisnya lebih dari pemenang disebutkan dengan "More than conquerors and gain surpassing victory", memperoleh kemenangan melewati batas yang kita harapkan. Dari mana kita bisa memperolehnya? Alkitab menyebutkan jelas, lewat Kristus yang telah mengasihi kita, through Him who loved us.

Selanjutnya mari kita lihat janji Tuhan lainnya. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun." (Ulangan 28:13) Itu yang menjadi kerinduan Allah bagi kita. Menjadi kepala dan bukan ekor, tetap mengalami peningkatan dan bukan penurunan. Lihatlah kata yang dipakai adalah "TUHAN AKAN", dan bukan "Tuhan bisa" atau "Tuhan mungkin berkenan". Kata akan disana memberi jaminan kepastian bahwa Dia menginginkan itu untuk terjadi pada anak-anakNya, termasuk saya dan anda. Bagaimana caranya? sambungan ayat di atas memberitahukan cara untuk memperolehnya. ".. apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14).

Tuhan sudah berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Atau tanamkan pula ayat ini dalam-dalam di benak kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Lihatlah bahwa untuk mencapai sebuah tingkatan "lebih dari pemenang", "to gain a surpassing victory", kita bukannya dibiarkan berjuang sendirian, tetapi Tuhan sendiri berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Jangan lupa pula bahwa Roh Kudus telah dianugerahkan kepada orang-orang percaya. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kita mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih daripada apa yang kita pikirkan, melebihi apa yang kita anggap sebagai batas kesanggupan kita. Bagaimana jika kita masih juga takut? Bagaimana jika tetap menganggap bahwa kita bukan siapa-siapa, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan keberadaan kita sekalipun? Lihatlah apa jawaban Tuhan akan hal ini. "Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:8-10).

Ayat di atas berkata jelas. Kita tidak boleh takut. Mengapa? Sebab Tuhan menyertai kita. Kita tidak boleh ragu, alias setengah yakin menang setengah lagi yakin kalah. Mengapa? Karena kita punya Allah yang memiliki kuasa di atas segalanya. Kita tidak pula perlu khawatir, karena Tuhan berjanji pula untuk meneguhkan dan menolong kita. Dia memegang kita dengan tangan kananNya dan hal itu akan mampu membawa kita masuk ke dalam sebuah kemenangan yang lebih dari apa yang kita pikir sanggup untuk kita peroleh. Dengan merenungkan semua ini, masih pantaskah kita menilai diri kita sendiri rendah? Masihkah kita harus terus hidup dengan pemikiran dan mental seperti orang yang gagal atau kalah? Berhati-hatilah agar kita jangan sampai menilai diri kita sendiri rendah dan tidak ada apa-apanya, karena Firman Tuhan mengingatkan kita ""Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (dalam versi King James dikatakan"For as he thinketh in his heart, so is he." atau dalam bahasa sederhana diartikan sebagai "we are what we think."). Sesungguhnya apa yang diberikan Tuhan sudah lebih dari cukup untuk kita olah dan pakai hingga mencapai sebuah kesuksesan besar. Kita harus mulai mengubah pola pikir kita terhadap diri sendiri sejak awal. Mulailah berpikir sebagai pemenang atau juara, karena itulah yang diinginkan Tuhan sejak awal bagi kita semua. Bukan ekor tetapi kepala, tidak menurun melainkan terus meningkat. Semua itu tidak akan bisa terlaksana tanpa dimulai dari p

Karunia Roh Kudus melalui Baptisan

Kisah Para Rasul 2:38 - Khotbah oleh Pendeta Eric Chang

Orang Kristen adalah Seseorang yang Memiliki Roh Kudus.
Pertanyaan ini sangat penting sekali berdasarkan alasan yang dikemukakan sebagai berikut, "Siapakah seorang Kristen itu? Apakah artinya menjadi seorang Kristen? Dapatkah seseorang dikatakan sebagai orang Kristen jika ia percaya akan seluruh doktrin gereja? Dan karena ia benar-benar mempercayai semua doktrin tersebut, itu membuatnya menjadi orang Kristen? Siapakah seorang Kristen itu? Apakah ia seorang yang datang ke gereja setiap minggunya? Itukah yang menjadikan Anda seorang Kristen?

Rasul Paulus menjawabnya di Roma 8:9. Inilah yang menjadikan seseorang itu Kristen: Dia yang memiliki Roh Kudus yang disebut sebagai orang Kristen. Itulah sebabnya Paulus berkata di Roma 8:9, "Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Jika Anda tidak memiliki Roh Kristus, Anda bukan seorang Kristen. Inilah jawaban Paulus. Kita boleh percaya akan seluruh pengakuan iman rasuli. Kita boleh menerima Alkitab sebagai Firman Allah, yang merupakan bagian dari penyataan iman kita, setidak-tidaknya bagian pernyataan injili. Kita boleh pergi ke gereja secara rutin atau bahkan turut aktif dalam kegiatan gereja. Namun, semuanya itu tidak menjadikan Anda seorang Kristen. Tiada satu halpun di sini yang dapat membuat kita menjadi seorang Kristen. Alkitab memberikan jawabannya untuk hal ini: kita adalah orang Kristen, hanya dan satu-satunya, jika kita memiliki Roh Kudus di dalam kita. Jika kita telah menerima Roh Kudus, maka kita adalah orang Kristen yang sesungguhnya. Tanpa Roh Kudus, sekalipun kita memiliki semua yang disebut di atas, kita tidak akan diakui oleh Kristus. Kita bukan milik-Nya. Ini menunjukkan betapa pentingnya pokok pembahasan ini. Lalu pertanyaannya ialah: kapankah kita menerima Roh Kudus, karena segala sesuatunya bergantung kepada apakah jika kita telah menjadi milik Kristus? Apakah kita sungguh adalah seorang Kristen sejati menurut pengertian Alkitab? Apakah kita telah menerima janji Roh Kudus itu?

Tanpa Roh, Kita Tidak Memiliki Kekuatan untuk Hidup sebagai Orang Kristen
Mengapa penting untuk menerima Roh Kudus? Siapapun yang telah mengenal Alkitab seharusnya mengerti bahwa kita hanya memiliki hidup apabila kita memiliki Roh karena Roh Kudus adalah Roh kehidupan. Kita hanya memiliki kekuatan Roh, kekuatan untuk menjalankan hidup kekristenan kita, pada waktu Roh Kudus diam di dalam kita. Jika kita gagal dalam hidup kekristenan kita, itu justru karena kita tidak memiliki kekuatan Roh. Kita tidak dipanggil untuk hidup di dalam kekristenan yang ideal seperti yang ditulis dalam Khotbah di atas Bukit dengan kekuatan diri kita sendiri. Tidak mengherankan bahwa semua sarjana yang menuliskan tentang Khotbah di Bukit berkata, "Mustahil sekali kita melakukan hal ini. Tidak mungkin kita menjalankan hidup kekristenan yang seperti ini." Tentu saja tidak dapat. Itulah sebabnya Tuhan mengutus Roh Kudus - untuk membuat kita mampu menjalankan panggilan hidup yang mulia ini! Dia tidak pernah bermaksud menjerat diri kita untuk hidup sebagai seorang Kristen dengan kekuatan kita sendiri.

Seorang Kristen adalah seorang yang supra-natural. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Karena perbuatanmu seperti ini, bukankah kamu manusia natural?" Nah, siapa di antara kita yang tidak natural? Tentu saja kita tidak natural. Kita adalah manusia supranatural jika kita adalah orang Kristen menurut pengertian Alkitab. Itulah sebabnya Paulus menantang jemaat di Korintus dengan berkata, "Bukankah engkau hanya manusia biasa? Bukankah engkau hanya natural?" Apakah yang ditantang dalam hal ini? Artinya, "Engkau masih tidak hidup menurut sebagaimana orang Kristen seharusnya hidup - yaitu di dalam kekuatan Roh Kudus!" Itulah sebabnya surat Korintus semuanya berkenaan dengan Roh Kudus. Jemaat Korintus sebetulnya juga menitikberatkan masalah Roh Kudus tetapi mereka lebih gairah tentang karunia-karunia Roh, daripada kekuatan Roh yang tinggal di dalam. Mereka menaruh perhatian pada manifestasi eksternal dari Roh daripada kekuatan batin dari Roh Kudus. Inilah kesalahan lainnya yang banyak diperbuat oleh orang Kristen. Mereka mencari hal-hal yang dapat terlihat. Inilah tandanya manusia yang natural. Manusia rohani tidaklah tertarik akan penampilan luar, atau pertunjukan eksternal. Berbahasa lidah atau tidak, adalah hal yang eksternal. Apakah Anda berbuah Roh dan memiliki kekuatan Roh dalam batin, inilah yang bersifat internal. Hal-hal ini yang lebih berarti!

Pertanyaan Utama: Kapan Anda Menerima Roh Kudus?
Sekarang kita akan membahas suatu pertanyaan penting. Sudahkah Anda memiliki Roh Kudus? Pertanyaan ini lebih penting daripada bertanya, "Sudahkah Anda menjadi seorang Kristen?" yang pengertiannya mengambang karena Anda mungkin tidak mengerti maksud pertanyaan ini sehingga Anda kembali bertanya, "Apakah maksudmu saya sudah menjadi seorang Kristen bahwa saya sudah pergi ke gereja? Apakah saya percaya akan doktrin gereja? Atau, apakah saya harus berlaku sedemikian rupa sehingga terlihat rohani? Itukah yang dimaksud?" Sekali lagi, pertanyaannya adalah: "Apakah engkau memiliki Roh Kudus?" Jika Anda tidak pasti dengan maksud pertanyaan ini, tentu saja, Anda tidak begitu yakin akan artinya menjadi seorang Kristen dalam pengertian Alkitab yang sesungguhnya. Begitu juga Anda tidak mengerti akan arti menjadi seorang murid Kristus. Tahukah Anda jawaban kepada pertanyaan ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengetahui: Bagaimana kita menerima Roh Kudus dan pada waktu kapan kita menerima Roh Kudus tersebut? Di sini jelas kedua pertanyaan ini saling berkaitan. Jangan memberi jawaban yang mengatakan bahwa Anda telah menjadi Kristen selama 10 hingga 15 tahun. Hal itu tidak penting karena persoalannya ialah 10 tahun, 15 tahun dari kapan? Bagaimana Anda menghitung 10 tahun atau 15 tahun itu? Apakah itu terjadi pada saat Anda berlutut dan menerima Yesus sebagai Juruselamat? Atau dari saat Anda menerima baptisan? Kapankah saat itu dan bagaimana caranya kita dapat mengukurnya? Banyak orang dibaptis beberapa tahun sesudah mereka melakukan semacam pengakuan iman. Dan mereka seringkali mengambil tolok ukurnya dari waktu mereka melakukan pengakuan iman. Menurut Anda kapan waktu yang tepat Anda dikatakan sebagai seorang Kristen? Jawabannya menurut Alkitab adalah pada saat Anda menerima Roh Kudus. Inilah satu-satunya pertanyaan yang perlu Anda jawab.

Saya tidak begitu memperdulikan kapan Anda mengangkat tangan pada waktu kesempatan panggilan dalam sebuah KKR atau pertemuan ibadah. Mungkin Anda telah mengangkat tangan Anda dengan hati yang tulus. Tapi apakah itu berarti Anda secara otomatis telah menerima Roh Kudus? Inilah pertanyaan yang harus kita pelajari secara mendalam. Apakah itu berarti dengan mengangkat tangan pada waktu panggilan dalam sebuah ibadah, kita telah menerima Roh Kudus? Sesuaikah hal ini dengan ajaran Alkitab? Barangkali itulah anggapan Anda, dan karena itu Anda menghitung pertobatan Anda dari tanggal Anda mengangkat tangan. Mari kita menyelidiki pertanyaan ini secara lebih mendalam lagi - bukan untuk mengetahui apa jawaban saya. Jawaban saya tidak berarti sama sekali. Jawaban Kitab Sucilah yang penting dan kita akan melihat jawabannya sekarang. Kapan kita menerima Roh Kudus? Apa jawaban Alkitab?

Menerima Roh Kudus seperti yang Disebut di Kisah Para Rasul 2:38
Kita akan menggunakan ayat ini sebagai pedoman untuk mempelajari jawaban yang diberikan firman Tuhan. Di Kisah Para Rasul 2:38, Rasul Petrus sedang berbicara kepada orang banyak di Yerusalem setelah Roh Kudus turun pada hari Pentakosta. Masih ingatkah pada waktu Roh Kudus turun, banyak orang menjadi kebingungan. Karena inilah, orang banyak berkumpul, dan Rasul Petrus berbicara kepada orang banyak itu. Apa yang dikatakannya? Ayat 37 mengatakan ini: "Ketika mereka mendengar hal itu (pengajaran Petrus tentang Yesus), hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Perhatikan bahwa khotbah Petrus dimulai dengan ketuhanan Kristus. Petrus tidak menyampaikan berita Injil yang kosong belaka. Perhatikan kata-kata kesimpulannya di ayat ke 34, "Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" - Kristus adalah kata yang berarti Yang Diurapi, yaitu Raja Israel yang dijanjikan itu.

Menarik sekali di sini bahwa ia berbicara tentang Yesus sebagai Tuhan. Tema inilah yang menusuk hati para pendengarnya. Mereka berkata, "...apakah yang harus kami lakukan?" Betul, apakah yang harus kita lakukan sekarang? Perhatikan ayat ke 38, Petrus menjawab: "Lalu Petrus menjawab, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Ayat 39: Sebab bagi kamulah janji itu - Janji apa? Janji tentang Roh Kudus! "Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."

Janji ini adalah merupakan janji Tuhan. Janji apakah itu? Seluruh janji Tuhan semuanya terbungkus dalam bentuk karunia Roh Kudus. Jika Anda tidak memiliki Roh Kudus, Anda belum mendapatkan janji-janji-Nya. Janji ini datang kepada kita melalui iman. Karunia Roh diberikan kepada kita melalui iman. Dengan kata lain, jika Anda memiliki iman, Tuhan akan memberikan kepadamu Roh Kudus dan seluruh janji-Nya akan dinyatakan. Tidak ada janji lain diluar dari Roh Kudus itu sendiri. Tanpa menerima kuasa Roh Kudus tidak mungkin ada janji.

Pertobatan adalah Perubahan Total
Perhatikan di sini apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus. Apakah yang harus kami perbuat? Jawabannya jelas sekali. Bertobat! Bertobat berarti perubahan yang menyeluruh dalam kehidupan Anda. Ini menyangkut perubahan pola berpikir yang menyeluruh. Saya telah menjelaskan hal ini sebelumnya, dalam bahasa Yunaninya adalah "metanoia" - perubahan berpikir. Seluruh sikap yang mengalami perubahan. Perubahan ini juga terjadi dalam arah langkah hidup Anda. Inilah yang disebut pertobatan. Pertobatan bukan hanya berarti, "Baik, saya menyesali dosa saya dan meminta maaf." Kesal saja disini belumlah cukup. Pertobatan berarti saya telah berhenti berbuat dosa. Bukan hanya penyesalan tapi hidup saya yang lama telah berhenti sampai di sini. Saya begitu menyesal sehingga saya mengakhiri hidupku yang lama. Inilah pertobatan. Pertobatan bukan hanya sekedar penyesalan, tapi penyesalan yang mendorong saya berbuat sesuatu. Saya akan mengubah seluruh arah hidup saya. Baik, sekarang Anda telah bertobat, lalu apakah langkah berikutnya? "Bertobatlah dan berikan dirimu dibaptis" Petrus tidak mengatakan bahwa pertobatan itu sendiri cukup. Ia berkata: bertobatlah dan berikan dirimu dibaptis.

Gereja pada masa kini telah memperlakukan baptisan dengan sesuka hati. Mereka berbuat sesuka hati mereka. Mereka memperlakukan baptisan sebagaimana mereka memperlakukan segala sesuatu yang berasal dari Allah, sama seperti cara mereka memperlakukan Yohanes Pembaptis. Yesus berkata, "Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka" (Matius 17:12). Hari ini kita memperlakukan Firman Allah, kita memperlakukan baptisan, kita memperlakukan segalanya menurut kehendak kita. Kita berkata, "Oh, baptisan itu tidak terlalu penting. Itu adalah hal yang eksternal. Maksud saya, dibaptis atau tidak itu tidak menjadi soal." Siapa yang mengatakan hal itu tidak penting? "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis." Ini firman Tuhan, bukan saya. Jika firman Tuhan berkata hal ini tidak penting, maka saya berhak mengatakan bahwa baptisan itu tidak penting pula. Tapi firman Tuhan tidak mengatakan itu.

Bertobat, Dibaptis dan Menerima Roh Kudus
Mengapa baptisan itu penting? Mengapa bertobat dan dibaptis merupakan hal yang penting? "...Dibaptis" itu sendiri tidaklah cukup. "Bertobat" itu sendiripun tidak juga cukup. Anda perlu, "Bertobat, dan dibaptis". Anda memerlukan pertobatan internal dan pengakuan eksternal akan pertobatan tersebut di hadapan umum pada baptisan. Anda memerlukan apa yang dari dalam untuk dikeluarkan dalam bentuk ekspresi - mengakui - apa yang ada di dalam hati Anda. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Jika seseorang mengakui Aku di depan manusia maka Aku akan mengakuinya di depan Bapa-Ku." Ia tidak hanya berkata, "Cukuplah percaya pada Aku." Ia berkata, "Percaya pada-Ku dan mengakui Aku di depan manusia. Jika engkau mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakui engkau di depan Bapa-Ku yang di surga." (Mat 10:32). Tetapi gereja berkata, "Percayalah itu sudah cukup. Pengakuan itu tidak penting." Anda cukup menjadi seorang pengikut Tuhan secara diam-diam. Tidaklah demikian! Anda mengakui Dia jika Anda ingin diakui di depan Bapa. Inilah yang penting.

Oleh sebab itu kita perlu bertobat dan dibaptis. Kenapa kedua hal ini dianggap begitu penting? Apakah karena hal ini merupakan bagaian dari peraturan gereja? Ataukah karena hal ini merupakan hal yang dilakukan pada umumnya oleh orang-orang beragama? Sekali-kali tidak. Perhatikan sekali lagi, Alkitab berkata, "maka engkau akan memperoleh karunia Roh Kudus." Inilah jawaban sebenarnya tentang bagaimana menerima karunia Roh Kudus tersebut. Alkitab tidak memberikan kita jawaban yang kurang jelas yang dapat membuat kita menjadi kebingungan. Semua jawabannya terpampang jelas. Bertobat, dibaptis, yaitu dengan mengakui pertobatanmu, maka engkau akan menerima karunia Roh Kudus. Bertobatlah, biarkan hidupmu diubah secara menyeluruh. Cuci bersih dosamu melalui baptisan. Anda berkata, "Wah! Mengapa bunyinya seakan-akan seperti pengakuan seorang Katolik?" Tentu saja karena Alkitablah yang mengatakan demikian.

Mari kita kembali ke pertanyaan semula. Kapankah kita menerima karunia Roh Kudus? Apakah gereja memberitahu Anda bahwa Anda telah menerima Roh Kudus pada saat Anda mengangkat tanganmu? Apakah Alkitab berkata demikian? Kapan Anda menerima Roh Kudus? Pada waktu Anda percaya? Apakah pada waktu Anda berlutut dan membuat pengakuan? Apakah itu saatnya Anda menerima Roh Kudus? Jawaban Alkitab begitu sederhana. "Bertobatlah... dan berilah dirimu dibaptis... maka engkau akan menerima karunia Roh Kudus itu." Lalu berapa lamakah? Apakah Roh Kudus akan berada di dalammu sesaat setelah engkau dibaptis? Atau berapa lamakah setelah dibaptis? Apakah tiga hari sesudah baptisan? Apakah lima hari? Seminggu? Tidak! Pada baptisanlah Anda menerima Roh Kudus. Ini merupakan hal yang luarbiasa. Itulah yang dikatakan Firman Allah. Itulah sebabnya baptisan dianggap begitu penting di Gereja Awal.

Tetapi, apakah yang telah kita lakukan hari ini? Kita memutuskan bahwa kita lebih tahu daripada Alkitab, dan kita memperlakukan Alkitab sesuka hati kita. Tidak menjadi persoalan apakah seseorang telah dibaptis atau tidak. Saya harus berkata bahwa keberanian gereja selalu mengherankan saya. Keberanian beberapa pendeta dan penginjil kadang-kadang juga mengherankan saya. Betapa beraninya kita berbicara seperti ini ketika Firman Allah mengatakan yang sebaliknya! Tentu saja bukan ini saja bukti-bukti yang ada. Kita perlu menelaah Alkitab secara lebih mendalam lagi.

Roh Kudus sebagai Meterai, Pengurapan dan Janji
Roh Kudus digambarkan sebagai tiga hal, atau dengan tiga cara. Pertama, Ia diberikan kepada kita sebagai meterai, yaitu meterai Roh Kudus. Pada waktu kapankah kita menerima meterai tersebut? Sudahkah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Karena pengajaran yang tidak jelas pada masa sekarang ini, banyak orang Kristen tidak tahu apakah dirinya telah dimeteraikan oleh Roh Kudus atau kapankah mereka menerima meterai Roh Kudus tersebut. Pada masa kini terdapat suatu kesamaran atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Kapankah kita dimeteraikan jika kita dimeteraikan oleh Roh Kudus?

Hal yang kedua adalah Roh Kudus disebutkan sebagai suatu pengurapan. Sekarang pertanyaannya adalah: Kapankah kita menerima pengurapan dari Roh Kudus? Di sini penting sekali buat kita untuk mempelajari hal ini sebab bila kita tidak mengerti akan hal in bagaimana mungkin kita bisa mengetahui bahwa kita telah diurapi atau belum.

Ketiga, Roh Kudus disebutkan sebagai penjamin, sebagai panjar, sebagai semacam uang muka. Topik ini pernah saya bicarakan sebelumnya maka saya tidak akan membahasnya secara lebih mendalam. Kapankah kita menerima jaminan dari Roh Kudus? Kapankah Roh Kudus diberikan kepada Anda sebagai uang muka? Kita juga akan menyelidiki apakah yang dimaksud dengan "dimeteraikan" oleh Roh Kudus. Bukan hanya penting mempelajari kapankah kita dimeteraikan, tapi arti dari meterai itu sendiri.

Di 2 Korintus 1:21-22 kita baca, "Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita." Jadi Dia telah meletakkan meterai-Nya atas kita dan meterai ini adalah Roh Kudus, yang telah diberikan-Nya kepada kita sebagai "jaminan". Jadi, ketiga kata ini dipakai dalam dua ayat ini. Kata "mengurapi" dipakai di ayat 21. Di ayat 22, kita lihat kata "meterai" dan kemudiannya kata "jaminan". Ketiga hal inilah yang dibicarakan sebagai Roh Kudus yang sedang kita bahas ini.

Allah telah melakukan tiga hal kepada kita pada saat Roh Kudus diberikan kepada kita. Dia memeteraikan kita. Dia mengurapi kita. Dan Dia memberikan kita 'jaminan', atau lebih baik 'uang muka', atau 'angsuran pertama'. Ibaratnya kita membeli rumah, kita tidak membayar keseluruhannya terlebih dahulu. Anda memberikan uang muka. Dalam bahasa Yunani aslinyapun berarti "uang muka". Uang muka adalah suatu jaminan bahwa engkau akan membayar sisa uang yang belum dibayar. Jadi uang muka berarti uang jaminan. Ia adalah suatu jaminan bahwa engkau akan membayar seluruhnya. Inilah intinya. Roh Kudus diberikan kepada kita sebagai karunia hidup, sebagai jaminan bahwa Allah akan memberikan kepenuhan akan hidup yang kekal pada Hari dimana kita akan bertemu dengan-Nya muka dengan muka. Kita belum memiliki kepenuhan hidup yang kekal, tapi kita telah memiliki jaminan tersebut. Kita memiliki hidup sekarang, hidup yang memiliki janji kekekalan yang akan datang. Jika Anda diberikan sebuah benih, benih itu sendiri merupakan suatu jaminan, bahwa jika ia dipelihara ia akan bertumbuh dan berkembang sampai menjadi pohon. Inilah yang disebut sebagai dimeteraikan.

Budak Allah yang Dimeteraikan
Meterai Roh Kudus ini juga disebutkan di Efesus 1:13, 4:30 dan Wahyu 7:3 dimana dituliskan "hamba Allah..." atau, lebih tepatnya, "budak Allah" (kata 'hamba' dalam bahasa Yunani artinya "budak") - "hamba Allah dimeterai oleh Allah" Siapakah hamba itu? Seorang hamba adalah seseorang yang dibeli dengan sebuah harga. Bagaimanakah engkau dapat memiliki seorang hamba? Anda pergi ke sebuah pasar dan melihat seorang budak dan Anda membelinya. Orang ini menjadi hartamu, budakmu, dan milikmu. Pada waktu Anda membeli budak tersebut, apakah yang engkau harus lakukan? Pada jaman dahulu, mereka akan menorehkan tanda di badan budak tersebut. Mereka memberi tanda seperti mereka menorehkan tanda di badan sapi seperti yang kita lihat pada jaman ini. Meterai artinya Anda telah menjadi milik Allah. Anda telah dibeli dengan sebuah harga. Anda telah menjadi milik-Nya. Anda dikenal sebagai bagian dari milik-Nya. Seperti Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Kor 6:19-20)

Maka ini berarti jika Anda memiliki Roh Kudus, apakah yang akan terjadi? Ini berarti Anda telah menjadi milik Allah. Anda memiliki tanda meterai milik-Nya. Terlebih penting lagi, mengapa tanda diberikan pada seorang hamba? Tanda tersebut bukan saja sekedar sebagai tanda kepemilikan tapi tanda yang berarti jika seseorang berupaya sesuatu terhadap budak tersebut berarti orang tersebut juga harus bertanggungjawab kepada tuan pemilik hamba tersebut. Apa saja yang Anda lakukan pada budak itu, Anda telah lakukan pada tuanya. Dengan kata lain, jika Anda menyakiti hamba tersebut, Anda akan bermasalah bukan dengan budak tersebut namun dengan tuannya. Meterai sebenarnya di sini menjadi suatu perlindungan. Itulah intinya di Wahyu 7:3. Para hamba Allah memiliki meterai yang melindunginya dari kekuasaan si jahat. Kita akan membacanya lebih lanjut dalam kitab Wahyu di mana penghakiman Tuhan tidak akan mempengaruhi mereka yang telah dimeteraikan. Barangsiapa yang membawa meterai Allah tidak akan celaka oleh Penghakiman Tuhan. Inilah penting untuk kita ketahui.

Kesimpulannya, meterai secara sederhana adalah: tanda perlindungan Allah bagi mereka yang menjadi milik-Nya. Jika engkau tidak memiliki meterai tersebut berarti engkau belum menjadi milik Kristus. Engkau akan menjadi korban Penghakiman Allah atau engkau akan di bawah penguasaan si Musuh. Engkau belum memiliki hubungan dengan Tuhan. Anda bukan milik-Nya. Jika Iblis hendak menguasai, memiliki, menjatuhkan engkau dengan cara apapun dia bebas melakukannya. Dengan kata lain, Iblis sanggup melakukan apa saja yang dikehendakinya karena engkau belum memiliki perlindungan dari Allah. Engkau belum menjadi kepunyaan-Nya.

Yesus sendiri juga Dimeteraikan Allah
Sekali kita mengerti akan arti meterai ini, kita akan menyadari betapa pentingnya untuk mengetahui apakah kita telah dimeteraikan atau tidak. Hal ini sangat penting sekali karena Yesuspun juga dimeteraikan oleh Allah. Luar biasa bukan? Anak Allah datang ke dunia ini bukan hanya sebagai seorang anak; Dia datang untuk menjadi seorang hamba. Seperti yang dikatakan di surat Filipi pasal 2: "...Kristus Yesus telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." Dan di Yohanes 6:27, Yesus berkata bahwa diri-Nya telah dimeteraikan oleh Allah. Mari kita kembali ke pertanyaan: Kapankah kita dimeteraikan? Kita akan kembali bertanya: Kapankah Yesus dimeteraikan? Pada titik apa Ia memperoleh meterai tersebut? Apakah Yesus telah dimeteraikan pada waktu Ia dilahirkan? Apakah Ia dimeteraikan pada waktu permulaan pelayanan-Nya? Kapan Ia dimeteraikan?

Kita dapat menjawab pertanyaan ini dengan beberapa cara. Pertama-tama, kita melihat bahwa kata "dimeteraikan" selalu berkaitan langsung dengan "diurapi" dan lalu berkaitan pula dengan "janji". Sebentar lagi kita akan memperoleh jawabannya dimanakah Ia memperoleh urapan tersebut. Tetapi jelas sekali kata "meterai" selalu berkaitan dengan Roh Kudus. Kapankah Yesus menerima Roh Kudus? Mari kita lihat kembali pada waktu baptisan-Nya. Apakah yang terjadi pada waktu Ia dibaptis? Roh Kudus turun ke atas tubuh Yesus berupa seekor merpati. Lalu kita membaca pada pasal berikutnya di mana dikatakan Yesus dibawa pergi dengan dipenuhi oleh Roh Kudus (Lukas 4:1). Jangan kita bingung dengan hal ini. Kita mungkin berkata, "Tetapi Yesus adalah Tuhan." Benar, tapi Ia datang bukan sebagai Tuhan. Ingat akan hal ini! Ia datang sebagai manusia, untuk menjadi Penyelamat kita. Oleh sebab itu, Ia datang sebagai pelopor, pemimpin dan sebagai penyempurna iman. Sebagai Tuhan, tentunya, Ia tidak perlu menerima Roh Kudus. Tapi Ia datang bukan sebagai Tuhan. Jika Ia adalah Tuhan, maka Ia tidak akan kelaparan di padang gurun ketika Ia dicobai oleh Iblis. Karena Ia adalah seorang manusia dan bukan Tuhan, Ia dapat merasakan kelaparan. Dia datang ke dunia sebagai Anak Manusia untuk menebus manusia. Ini tertulis di Ibrani 5:8 yang berkata, "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang diderita-Nya". Apakah Allah perlu belajar sesuatu? Tidak! Tetapi Yesus tidak datang sebagai Allah; Ia datang sebagai manusia. Oleh sebab itu, Ia belajar untuk taat melalui penderitaan-Nya.

Meterai Penyunatan: Hati Kita telah Disunat!
Roh Kudus adalah meterai Roh. Dimanakah kita menerima meterai tersebut? Mari kita melihat cara lain untuk mengupas hal ini. Di Roma 4:11, kita membaca kata "meterai" dipakai dalam proses penyunatan. Dengan cara apakah Abraham dimeterai? Dia menerima meterai yang berbeda. Dia menerima meterai penyunatan. Roma 4:11 berkata, "Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat." Jadi, sunat adalah sebuah meterai.

Ini sangat menarik karena kitapun juga telah disunat. Kita juga memiliki meterai, tapi kita tidak disunat di dalam daging. Kita disunat di dalam hati kita. Di Kolose 2 ayat yang ke 11 kita diberitahukan bahwa "Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa." Lalu kita bertanya: Dengan apakah Yesus disunat? Jawabannya terdapat di ayat ke 12: "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati"

Perhatikan bahwa Rasul Paulus menghubungkan penyunatan dengan pembaptisan. Kita tidak menerima sunat daging seperti Abraham, tetapi sunat hati. Bagaimanakah bukti sunat hati itu dapat terlihat? Pada waktu kita menerima baptisan! Bukankah ini hubungan antara ayat ke 11 dan ke 12? Oleh sebab itu, kapankah kita menerima meterai lewat penyunatan ini? Paulus mengatakannya di ayat ke 12, yaitu, melalui baptisan! Lalu apakah artinya sunat dalam hati? Bagaimana sunat hati itu datang kepada kita? Kita telah mengetahuinya bahwa meterai itu sendiri adalah Roh Kudus. Jadi kita lihat ada semacam persamaan: Roh adalah meterai, yang menyunat hati kita melalui baptisan.

Lalu apakah ini berarti kita diselamatkan oleh baptisan? Sama sekali tidak! Kita telah melihat bahwa harus ada pertobatan dan baptisan. Bukan baptisan yang menyelamatkan, tetapi apa yang diungkapkan oleh baptisan itu, yaitu sunat di dalam hati, yang menyelamatkan. Ini penting sekali. Hanya mencelupkan diri dalam air itu sendiri tidak akan menyelamatkan siapapun. Transformasi yang terungkap melalui baptisanlah yang berarti. Itulah sebabnya setiap orang yang hendak dibaptis pada hari ini secara berhati-hati diberikan pertanyaan tentang komitmen mereka terhadap Tuhan, pertobatan, perubahan secara total dari hidup yang lama ke yang baru. Pertobatan bukan hanya sekedar penyesalan, tetapi perubahan yang sungguh secara total dari kehidupan yang lama. Menanggalkan segala hawa nafsu kedagingan, seperti yang Paulus katakan, agar mereka dapat mengenakan Kristus.

Baptisan dan Kelahiran Kembali dan Pembaruan Roh Kudus
Mari kita sekarang melihat hubungan antara baptisan dengan Roh Kudus. Di 1 Korintus 6:11 kita membaca sbb: "Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan Roh Allah kita." Dan di Titus 3:5 tertulis, "pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus."

Sekali lagi kita melihat hubungan antara permandian dan kelahiran kembali, permandian dan Roh Kudus. Baptisan dan Roh selalu dikaitkan bersama-sama! Permandian ini bukan sembarang permandian. Tetapi sesungguhnya adalah baptisan yang, sebagaimana kita lihat, berkenaan dengan penyunatan di dalam hati. Siapapun yang tidak berubah dalam hatinya, yaitu belum sungguh-sungguh bertobat, seharusnya tidak boleh menerima baptisan. Tetapi bagi seseorang yang telah meninggalkan kehidupannya yang lama dan dibaptis, dia akan menerima penyunatan hati. Ia akan menerima permandian kelahiran kembali (dalam bahasa Yunani berbentuk deskriptif genetif, yaitu permandian yang mengakibatkan kelahiran kembali). Ini adalah permandian yang memberikan hidup baru. Tetapi bagaimana kita menerima hidup baru itu? Hidup baru ini datang dari Roh Kudus: pembaruan oleh Roh Kudus.

Itulah sebabnya kita membaca di 1 Petrus 3:21 kata-kata berikut. Saya memberikan semua referensi ini sekalipun sedikit merepotkan Anda supaya Anda tahu saya bukan memberitahu Anda apa pandangan saya. Adalah penting Anda tahu apa yang dikatakan Alkitab. Apa yang saya katakan tidaklah penting. Mari kita kembali ke 1 Petrus 3:21 yang tertulis demikian, "Juga kamu sekarang telah diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan - maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah - oleh kebangkitan Yesus Kristus." Apakah yang menyelamatkan kita? Baptisan menyelamatkan kita. "Wah!" Engkau berkata, "itu pernyataan yang luar biasa. Baptisan menyelamatkan?" Ya! "...bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani" - bukan dengan mencelupkan diri ke dalam air untuk membersihkan kotoran dari Anda -"melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah..." Bagaimana caranya memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah? Melalui pertobatan tentunya! Melalui pertobatan yang sungguh-sungguh di dalam hatimu!

Dalam pasal ini kita mengetahui bahwa Petrus berbicara tentang nabi Nuh dengan kapalnya sebagai kiasan. Bagaimanakah mereka dapat selamat? Banjir besar yang diakibatkan oleh hujan yang besar selama empat puluh hari empat puluh malam sehingga air di bumi naik menutupi segalanya. Inilah gambaran begitu indah untuk menerangkan mengenai baptisan. Bagaimanakah nabi Nuh beserta dengan ke 8 orang di dalam bahtera dapat diselamatkan? Mereka selamat karena berada di dalam bahtera pada waktu baptisan air yang luar biasa banyaknya datang dari atas dan bawah. Mereka diselamatkan melalui baptisan ini. Dan Petrus berkata bahwa hari ini kita juga diselamatkan lewat baptisan, bukan karena sekedar tubuh kita dicuci. Nabi Nuh diselamatkan karena berada di dalam bahtera dan dia telah dibaptis - mengapa? Karena tidak seperti orang-orang lainnya, Nabi Nuh bertobat dari dosa-dosanya. Dia telah berpaling dari kehidupan dosa - perhatikan kata ini - dan mentaati Tuhan! Ini penting sekali. Dia mentaati Tuhan. Pada waktu Tuhan Allah berkata, "Nuh, buatlah sebuah bahtera", dia membuatnya. Pada waktu Tuhan berkata, "Nuh, masuklah ke dalam bahtera", diapun masuk ke dalam bahtera. Nabi Nuh menyatakan pertobatannya dengan ketaatannya kepada Tuhan. Dengan cara inilah dia menerima baptisan. Air datang turun. Seluruh keluarganya selamat dari banjir besar. Dan Petrus berkata di ayat ke 21, "Dengan cara yang sama, kamu telah diselamatkan." Bagaimana? Melalui pertobatan yang berarti pemutusan dengan hidup yang berdosa, seperti Nuh memutuskan hubungan dengan dunia dosa. Dia bertobat. Dia berpaling dari dosa dan mentaati Allah. Dia masuk ke dalam bahtera. Dengan cara seperti inilah, baptisan akan dapat memberikan keselamatan.

Baptisan dan Roh Kudus saling berkaitan karena Roh Kudus seringkali disebutkan sebagai suatu pencurahan, hujan yang membawa berkat, dan air yang membasahi kita. Menarik sekali di dalam kitab Yoel 2, yang dikutip pula dalam Kisah Para Rasul 2, Petrus menjelaskan kepada orang banyak tentang apakah yang telah terjadi kepada mereka, yaitu tepat seperti yang telah dinubuatkan oleh Yoel: bahwa Roh Kudus akan dicurahkan atas mereka. Baptisan Roh Kudus! Inilah yang terjadi. Baptisan dan Roh selalu dikaitkan bersama-sama di dalam Alkitab. Baik pada saat Yesus dibaptis maupun pada pernyataan umum seperti 1 Korintus 12:13 dimana Paulus berkata, "Engkau dibaptis dalam satu Roh ke dalam tubuh Kristus." Kita lihat di sini kata "baptis" dan "Roh" setiap kali muncul bersama-sama di dalam Kitab Suci. Juga kita melihat Yohanes Pembaptis berkata dengan kata-katanya sendiri, "Aku membaptis kamu dengan air. Dia akan membaptis kamu dengan Roh." Sangat menarik! Sekali lagi, baptisan dan Roh - kedua kata ini dikaitkan bersama. Anda menemukan karakteristik ini di dalam Perjanjian Baru.

Perbandingan antara Baptisan Yohanes dengan Baptisan Yesus
Mari kita melihat apakah yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis. Yohanes membandingkan baptisannya dengan baptisan yang akan dilakukan oleh Yesus. Dia berkata, "Baptisan aku adalah baptisan pertobatan, suatu baptisan dengan air untuk pertobatan." Dengan kata lain, apabila engkau bertobat, engkau menunjukkan pertobatanmu di muka umum melalui baptisan. Tetapi pada waktu Dia datang, Yesus akan membaptiskanmu dengan Roh Kudus.

Ini tidak berarti baptisan air menjadi tidak penting. Sebaliknya, di Yohanes 4:1-2 contohnya, kita melihat Yesus dan murid-murid-Nya membaptiskan lebih banyak orang dari Yohanes Pembaptis. Mereka menjalankan baptisan dengan air. Tetapi Yohanes Pembaptis berkata, "Aku membaptis engkau hanya dengan air, yaitu sesuatu yang terlihat. Aku tidak dapat memberikanmu hidup baru. Hanya Dia dapat memberi engkau hidup baru. Yang dapat kuberikan hanyalah sebuah upacara penyucian apabila kamu bertobat. Tetapi pada waktu Yesus datang, Dia akan memberikanmu pencucian di batin, pencucian kelahiran kembali!" Hal ini penting untuk diamati.

Kita Diurapi Roh Kudus pada waktu Pembaptisan, Sama Seperti Tuhan Yesus!
Sekarang kita beralih dengan cepat ke dalam penggunaan kata "urapan". Banyak di antara kita telah mengetahui bahwa nama "Kristus" berarti "Yang Diurapi" Dalam bahasa Mandarin dikatakan (受膏者) shou gao zhe. Nama "Kristus" adalah berasal dari bahasa Yunani yang sama artinya dengan nama "Messiah" dalam bahasa Ibrani, yang keduanya berarti "Yang Diurapi". Dalam Perjanjian Baru sering disebutkan bahwa Dia adalah Yang Diurapi. Yesus diurapi oleh Roh Kudus. Di Kisah Para Rasul 10:38, kita membaca "Yesus, diurapi dengan Roh Kudus." Dia juga telah dimeteraikan oleh Allah seperti yang tertulis di injil Yohanes 6:27. Sekarang pertanyaannya adalah kapankah Yesus diurapi dengan Roh Kudus? Sebelum menjawab pertanyaan ini, jangan lupa kita pun telah diurapi oleh Roh Kudus seperti yang kita bahas sebelumnya di 2 Korintus 1:21. Selain itu 1 Yohanes 2:20 juga menyebutkan, "kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus." Rasul Yohanes berkata kepada orang-orang percaya bahwa mereka telah diurapi. Dan sekali lagi, dia mengulanginya di 1 Yohanes 2:27, dimana kita menemukan bahwa urapan yang kita peroleh ini adalah Roh Kudus. Kita diurapi dengan Roh Kudus yang berasal dari Allah. Dan Roh Kudus inilah yang mengajarkan kita, dan membimbing kita ke semua jalan kebenaran (Yohanes 16:13).

Sekali lagi, kapan kita menerima pengurapan tersebut adalah sebuah pertanyaan yang penting. Apakah engkau sudah diurapi dengan Roh Kudus sebelum menerima baptisan? Apakah Anda diurapi Roh Kudus pada suatu waktu yang tak ditentukan setelah baptisan? Jika demikian tentu saja Anda tidak tahu kapan Anda diurapi. Ataukah engkau diurapi pada waktu dibaptis? Sekali lagi, baptisan Yesus menjawab semua pertanyaan kita. Kapankah Roh Kudus datang ke atas diri Yesus? Kapan Roh Kudus secara kasat mata terlihat turun ke atas Yesus? Jawabannya sangat sederhana, yaitu pada saat Ia menerima baptisan.

Pekerjaan Roh Kudus sebelum dan sesudah Baptisan
Jika demikian apakah itu berarti Yesus tidak memiliki Roh Kudus sebelum Ia dibaptis? Tentu saja tidak. Roh Kudus telah ada di dalam Yesus sebelum Ia dibaptis. Apakah kita tidak memiliki Roh Kudus dalam pengertian apapun sebelum dibaptis? Tidak, karena jika kita tidak memiliki Roh Kudus dalam pengertian tertentu sebelum dibaptis, bagaimana mungkin kita dapat bertobat? Tentu saja Roh Kudus telah bekerja di dalam hati dan hidup kita untuk membimbing kita menuju pertobatan. Kalau begitu, jika benar kita telah memiliki Roh Kudus sebelum dibaptis, maka apa yang kita bahaskan? Yang kita tekankan di sini adalah Urapan-Nya, bukan tentang memiliki Roh Kudus dalam pengertian lain. Kita berbicara tentang Roh Kudus dalam pengertian yang spesifik. Kita harus membedakannya dengan jelas di sini. Kecuali Roh Kudus bekerja dalam kehidupan Anda sebelum Anda menjadi Kristen, bagaimana mungkin Anda dapat menjadi Kristen? Tentu saja Roh Kudus telah bekerja di dalam hidup Anda, barangkali sejak masa kanak-kanak Anda. Bahkan Ia telah bekerja pada hari engkau dilahirkan. Roh Kudus terus menerus bekerja di dalam hidup kita pada waktu kita belum menjadi seorang Kristen, dan masih menjadi musuh Allah.

Jika saya melihat ke belakang, saya dapat melihat betapa Tuhan telah bekerja di dalam hidup saya jauh sebelum saya percaya. Pada kenyataannya jika Tuhan tidak bekerja di dalam hidup kita, tidak mungkin kita dapat percaya kepada-Nya. Kita bukan berbicara tentang kehadiran Roh Kudus dalam setiap hidup kita dalam satu cara atau yang lain. Penekanannya di sini adalah apakah engkau telah menerima Roh Kudus sebagai karunia, sebagai hak milik, sebagai tanda dan sebagai meterai, dan bukan arti secara umumnya. Dengan kata lain, kita dapat berkata bahwa Roh Kudus bekerja di dalam hidup orang-orang yang tidak percaya. Jika ayah atau ibumu bukanlah seorang Kristen pada hari ini, doa semacam apakah yang akan engkau panjatkan? Engkau akan berdoa bahwa semoga Allah, dengan kuasa Roh Kudus-Nya akan bekerja di dalam hidup mereka. Bukankah itu yang Anda doakan? Dengan demikian engkau yakin bahwa Roh Kudus akan hadir di tengah-tengah hidup mereka meskipun mereka belum menjadi Kristen. Jelaslah sudah apabila engkau mengakui Yesus, Roh Kuduslah bekerja di dalam hidupmu. Tanpa Roh Kudus, mustahil kita dapat datang kepada Kristus sama sekali.

Sekarang kita tidak bicara mengenai hal ini, tapi kita bicara mengenai meterai. Kapankah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Maksud saya bukan kapan Roh Kudus menarik Anda? Bukan kapan Roh Kudus menginsafkan Anda akan dosa? Bukan kapan Roh Kudus bekerja dalam kehidupan Anda? Tapi kapankah kita menerima Roh Kudus sebagai hak milik dan karunia dari Allah? Kapankah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Menurut Kisah Para Rasul 5:32, bagaimana kita menerima Roh Kudus? Kepada siapakah Allah memberikan kuasa Roh Kudus-Nya? Di ayat ini tertulis bahwa Roh Kudus hanya diberikan kepada mereka yang taat kepada Dia. Lalu Anda akan bertanya, "Jika Roh Kudus diberikan hanya kepada orang yang taat kepada-Nya, lalu bagaimana mungkin seseorang dapat menjadi Kristen? Karena mereka yang tidak menaati Dia tidak memiliki Roh Kudus, mereka tidak dapat berubah kecuali mereka dapat menyelamatkan diri mereka tanpa kuasa Roh Kudus." Janganlah kita membingungkan diri kita sendiri. Kita sudah katakan bahwa Roh Kudus bekerja di dalam diri orang-orang yang tidak percaya tanpa pengecualian, tetapi Ia tidak diberikan kepada mereka. Roh Kudus diberikan kepada mereka yang menaati Dia sebagai karunia, sebagai jaminan, sebagai meterai atau sebagai suatu pengurapan dalam cara yang khusus.

Tidak ada seorangpun di sini yang akan dibaptis pada hari ini kecuali Roh Kudus bekerja sebelumnya di dalam hidup mereka, bukan? Kecuali kita ingin mengajarkan doktrin keselamatan berdasarkan perbuatan di mana mereka yang bekerja keras untuk mencapai posisi ini, dan sekarang mereka akan menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan sekarang, setelah mereka dibaptis, mereka akan menerima Roh Kudus. Sebelumnya, semuanya terserah mereka sendiri. Betulkah demikian? Tentu saja tidak. Sampai saat ini juga, Roh Kudus yang bekerja di dalam diri mereka. Jadi mereka mengalami Roh Kudus bekerja dalam kehidupan mereka, benar!Lalu apa gunanya mengatakan bahwa Allah memberikan Roh Kudus hanya kepada mereka yang taat kepada-Nya, karena mereka memiliki Roh Kudus bahkan sebelum mereka mentaati Dia? Saya ulangi kembali pertanyaan ini untuk memperjelas pikiranmu sehingga engkau dapat mengerti. Ketika dikatakan bahwa, "Roh Kudus, dikaruniakan kepada semua orang yang mentaati Dia", itu berarti Ia memberikan Roh itu sebagai suatu karunia, sebagai kegenapan janji-Nya. Engkau tidak akan menerima janji Allah sampai engkau taat kepada-Nya. Inilah sesuatu hal yang penting yang perlu kita pahami.

Diurapi Berarti Diberikan Otoritas oleh Allah
Kita akhirnya sampai pada pertanyaan terakhir. Kita tahu apa artinya meterai itu; yaitu engkau dinyatakan sebagai milik Allah. Kapankah kita menjadi milik Allah? Pada waktu kita menerima Roh Kudus! Apakah itu berarti karena Anda telah memiliki Roh Kudus sebelum engkau percaya engkau telah menjadi bagian dari milik Allah? Tidak! Karena Roh Kudus hanya bekerja di dalam dirimu, namun engkau belum dimeteraikan oleh Roh Kudus. Lalu apakah yang dimaksud dengan pengurapan? Apa artinya pengurapan itu? Nah, ini maknanya: di Israel raja-raja dan para imam yang diurapi. Mengapa? Apakah itu hanya sekedar upacara keagamaan saja? Tidak sama sekali. Pengurapan mewakili pemberian otoritas dari Allah kepada orang-orang tersebut. Seorang Raja tidak akan memiliki kekuasaan kalau belum diberikan oleh Allah sendiri. Ingatkah apakah yang pernah disampaikan Yesus kepada Pilatus? "Engkau tidak akan memiliki kuasa jika tidak datang dari atas." Raja-raja Israel bukan seperti raja-raja dunia lainnya; mereka adalah wakil dari Allah di Israel. Itulah sebabnya mereka harus diurapi langsung oleh Allah, yang berarti diberikan mandat. Mereka tidak berhak mengurapi dirinya sendiri. Melalui pengurapan tersebut mereka diberitahu bahwa mandat ini diberikan sendiri oleh Tuhan. Sama halnya dengan para imam, terlebih lagi imam besar. Dia diurapi untuk menyatakan bahwa dirinya adalah imam besar, bukan karena dia adalah orang yang hebat, atau memenangkan pilihan suara terbanyak- barangkali tidak ada yang memilih dia; itu tidak menjadi persoalan. Dia ditunjuk sebagai imam besar karena Allah telah mengangkat dia. Pengurapan ini menunjukkan bahwa dia telah menerima panggilan ini, mandat dari Allah ini. Ingat bahwa panggilan itu juga disebut di Kisah Para Rasul 2:38.

Para nabi juga menerima Roh Kudus. Mengapa demikian? Karena tanpa kuasa Roh Kudus mereka tidak akan mempunyai mandat untuk bernubuat. Engkau tidak dapat bernubuat tanpa Roh Allah. Roh Allahlah, seperti yang tertulis di dalam Alkitab, yang membuat para nabi mampu bernubuat, menyatakan kehendak Allah, atau memberitahukan hal yang akan terjadi, jika Allah mengizinkan mereka untuk berbicara. Itulah sebabnya di Yesaya 61:1-2, terutama ayat 1, nabi ini berkata, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara." Lalu apakah pengurapan itu? Roh Kudus adalah pengurapannya, pengurapan nabi itu, yang membuat dia dapat menyampaikan Injil tersebut. Yesus mengutip kata-kata ini di Lukas 4:18 dari Yesaya ini di mana Ia berkata, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku."

Lalu kapankah Yesus mengutip kata-kata ini seperti yang tertulis di injil Lukas? Pada waktu Ia berada di Bait Allahkah pada waktu berumur 12 tahun? Tidak. Ia mengutip kata-kata tersebut sesaat setelah Ia selesai dibaptiskan. Kapan Yesus diurapi? Pada baptisan-Nya! Di saat itulah Ia diurapi - pada waktu Roh Kudus turun ke atas-Nya. Itulah sebabnya segera sesudah baptisan-Nya, Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Atau lebih tepat, segera sesudah baptisan dan pencobaan - baptisan dulu dan kemudian pencobaan. Tetapi hal pertama yang Ia lakukan, setelah dibaptis dan kembali dari pencobaan adalah mengumumkan bahwa: "Aku telah diurapi untuk menyampaikan Kabar Baik." Lalu Ia segera memulai pelayanan-Nya karena Ia telah memperoleh pengurapan tersebut.

Sekarang kita melihat gambaran ini semakin jelas. Kapan kita menerima urapan Roh Kudus? Pada baptisan - sama seperti Yesus. Sebelumnya Ia telah memiliki Roh Kudus, namun sekarang Ia telah diurapi untuk menyampaikan Injil. Dari situlah Ia memulai pelayanan-Nya. Dia tidak menyampaikan Kabar Baik sebelum diurapi. Dia tidak menyampaikan Kabar Baik sebelum dibaptis. Tetapi setelah itu dia diurapi untuk menerima tugas-Nya, disitulah pelayanan-Nya dimulai.

Hal-hal ini amat menakjubkan. Saya harap Anda dapat melihat hubungan yang terus menerus antara perkataan "baptisan" dan "Roh." Karena hubungan inilah, kita lalu melihat hubungan antara pemeteraian, Roh dan baptisan. Demikian pula antara pengurapan dengan Roh dan baptisan; dan antara jaminan dengan Roh dan baptisan. Saya harap Anda sudah dapat mengerti betapa pentingnya baptisan itu. Seperti Rasul Petrus katakan, bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, tetapi sebagai ungkapan pertobatan dari batin untuk memohon hati nurani yang bersih di hadapan Allah melalui kebangkitan Yesus Kristus, yang menjadikan pertobatan berarti. Jika Yesus tidak pernah bangkit dari kematian-Nya, maka tidak ada gunanya bertobat. Kita bisa bertobat, tapi dari manakah pengampunan dosa itu? Dimanakah kita dapat menemukan kekuatan untuk hidup baru? Melalui kebangkitan-Nya kita diberikan kuasa untuk menjalani hidup baru itu.

Dua Pengecualian pada Prinsip Umum bahwa Roh Kudus Diberikan pada Baptisan
Saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa Kisah Para Rasul 2:38, adalah suatu prinsip umum. Perhatikan bahwa ini adalah prinsip umum, karena Allah dapat memberikan Roh Kudus sebelum baptisan jika Ia berkehendak, ataupun sebaliknya, Ia dapat memilih untuk memberikan Roh Kudus setelah baptisan. Namun sebagai suatu peraturan umum, Dia memberikan Roh Kudus pada waktu baptisan. Saya ingin menyinggung butir terakhir ini karena ini hal yang penting. Allah sepenuhnya berdaulat dan bebas. Dia bisa memberikan Roh Kudus kapan saja. Tetapi sebagai suatu peraturan umum, Ia memberikan Roh Kudus pada baptisan.

Sebagai contoh, ada satu peristiwa di dalam Kitab Suci, di dalam keadaan yang sangat khusus, di mana Ia memberikan Roh Kudus sebelum baptisan di Kisah Para Rasul 10:47. Dan ada satu peristiwa lain di mana Ia memberikan Roh Kudus setelah baptisan di Kisah Para Rasul 8:12-17. Untuk menyempurnakan pembahasan kita, maka saya menyinggung dua perikop ini. Dua kejadian ini merupakan dua peristiwa yang khusus dalam sejarah gereja. Namun jangan menggunakan dua pengecualian ini untuk menyatakan bahwa pengecualian tersebut membuktikan bahwa peraturan itu tidak ada. Sebagaimana kita tahu, kedua pengecualian tersebut, pada kenyataannya, membuktikan peraturan itu.

Pertama, Roh Kudus diberikan sebelum baptisan. Mengapa? Karena Kornelius bukan orang Yahudi dan orang-orang Yahudi enggan menerima orang bukan Yahudi untuk masuk ke dalam gereja. Begitu beratnya sampai Petrus harus memberikan penjelasan yang panjang kepada jemaat di Yerusalem mengapa ia membaptiskan orang-orang tersebut. Dan dia berkata, "Seperti engkau tahu, ketika aku masih berkhotbah, Allah mencurahkan Roh Kudus kepada mereka. Oleh sebab itu, aku tidak mempunyai pilihan lain selain dari membaptis mereka." Seolah-olah dia ingin berkata, "Aku sesungguhnya tidak mau membaptiskan mereka, sungguh, namun aku tidak mempunyai pilihan lain." Inilah situasi yang terjadi pada Gereja Awal di mana terdapat penolakan untuk menerima orang-orang bukan Yahudi untuk masuk ke dalam gereja.

Dalam kasus yang lain, justru terjadi hal yang sebaliknya. Pada waktu orang Kristen Samaria dibaptis terlebih dahulu, namun mereka tidak menerima Roh Kudus. Mengapa demikian? Sekali lagi, hal ini bersangkutan dengan situasi yang terjadi antara orang Samaria dengan orang Yahudi. Dan Allah, dalam hal ini, memaksa gereja di Yerusalem untuk pergi dan menerima kaum Samaria yang mereka benci sekali. Mereka sendiri menerima orang-orang Samaria tersebut ke dalam persekutuan. Oleh sebab itu, walaupun mereka telah bertobat dan dibaptis, gereja di Yerusalem diperintahkan untuk pergi dan memastikan bahwa mereka menerima kaum Samaria ke dalam persekutuan melalui karunia Roh.

Jadi kedua pengecualian ini menjelaskan pertama, bahwa Allah memiliki kebebasan untuk memberikan Roh sebelum atau setelah baptisan. Dan kedua, untuk menunjukkan bahwa sebagai prinsip dasar, Roh diberikan pada waktu baptisan seperti yang kita telah lihat dari ayat-ayat lain. Sekali lagi saya ulangi, bukan karena air atau baptisan itu sendiri yang memiliki kekuatan untuk membersihkan dosa, tetapi karena ketaatan yang diungkapkan oleh baptisan, baik pertobatan di dalam maupun ketaatan di luar terhadap perintah Yesus. Dia memerintahkan kita untuk dibaptis: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19). Yesus memerintahkan baptisan. Apabila Anda melakukannya, Anda mentaati Dia

Perkataan Positif(kesaksian)

Saya dilahirkan di keluarga yang sederhana. Orang tua wiraswasta dan memiliki toko kecil-kecilan di Tanggul, sebuah desa kecil 30 km dari kota Jember. Tidak ada dalam benak saya bahwa kelak saya akan kuliah di Fakultas Kedokteran dan menjadi seorang dokter.

Ketika saya menginjak kelas 2 SMU pada tahun 1997, saya tertarik untuk kuliah di Fakultas Kedokteran karena gembala saya, yaitu Pdt. Soehadi Widjaja, istrinya adalah seorang dokter yang bernama dr. Megawati. Tetapi dikarenakan kondisi keuangan di keluarga kami yang tidak memungkinkan saat itu, saya cuma bisa mengutarakan niat saya kepada keluarga dan berharap Tuhan campur tangan. Saya dua bersaudara dan kakak saya memutuskan untuk tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi karena diharapkan dapat menopang perekonomian keluarga dengan berjualan kue basah dan kue tart. Usaha ini dirintis sejak kakak saya lulus dari SMU pada pertengahan tahun 1998 di mana pada waktu itu saya masih duduk di kelas 3 SMU. Ketika teman-teman SMU saya bertanya hendak kuliah apa setelah saya lulus SMU, saya berkata bahwa saya ingin kuliah di perguruan tinggi negeri karena biayanya murah dan saya tertarik untuk mengambil jurusan kedokteran.

Suatu ketika, sepasang suami istri, yaitu dr. Johny dan istrinya beribadah di gereja kami. Menjelang firman Tuhan, Bpk. Gembala meminta agar dr. Johny berdoa untuk firman Tuhan. Seusai ibadah, saya menemui gembala saya dan berkata, "Om, hari Om meminta dr. Johny untuk berdoa, tetapi 10 tahun mendatang Om akan meminta dr. Jimmy yang berdoa." Perkataan positif ini diaminkan oleh gembala saya dan hasilnya sungguh luar biasa. Tahun 1999 saya mengikuti UMPTN dan memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga, akan tetapi saya gagal. Namun, saya diterima di jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya. Setelah dua bulan kuliah, saya memutuskan untuk berhenti dari kuliah dan fokus untuk mengikuti UMPTN pada tahun berikutnya.

Saya menyerahkan keputusan saya di tangan Tuhan. Saya tahu ini memang berisiko besar karena jika gagal lagi, maka akan membuang waktu selama dua tahun dengan sia-sia. Waktu itu, keinginan saya direspons positif oleh gembala dan jemaat serta mereka tak henti-hentinya mendukung dalam doa. Tahun 2000 saya kembali mengikuti UMPTN dan kali ini dengan campur tangan Tuhan saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Saya tidak menyangka waktu itu bahwa dana sumbangan Penyelenggaraaan Pendidikan hanya sebesar 1,5 juta rupiah yang dibayarkan 1 kali saja, serta SPP 430 ribu rupiah tiap semester. Sungguh nyata kuasa Tuhan ketika kita berserah padaNya.

Singkat cerita saya kuliah di jurusan kedokteran dan saya merasa itu adalah anugerah yang Tuhan Yesus berikan untuk saya. Ketika kuliah pun ada banyak campur tangan Tuhan melalui orang-orang yang mendukung saya terutama dalam hal keuangan. Meski studi menjadi seorang dokter tidak selamanya mudah, saya dilantik menjadi dokter pada awal bulan Januari 2008. Saat ini saya bekerja sebagai dokter PTT di kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Perkataan positif yang kita ucapkan akan sangat besar kuasanya jika kita mengimaninya di dalam Yesus Kristus. (Ams 13:2; 18:21; 16:24). "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Mat 17:20)

Senin, 01 November 2010

hembusan cintamu

aku terpaku saat aku merasakan cinta mu
aku terdiam begitu hati mu menyapa senyap ku
inginku hanya ingin menatap mu dari kejauhan hati ku
walau tak mungkin hati ini selamanya mencitai mu

hembusan cinta yang menghangatkan hari ku
cinta mu seprti embun pagy yang menyejukan aura cinta ku
kapan aku bisa mengungkapkan rasa ini